Warnings!
Rating: M (tapi karena tteman sendiri, saya rubah jadi T~)
Contains gore, violence (mostly violence), nudity (dikid kok, dikid...), and slef-harming attempt
slight hay (bukan hay sih, tergantung liadnya dari sisi mana ) /huahaha
After School
Hujan deras mengguyur kota Edelmeier. Ribuan kubik air di jatuh kan diatas bumi Edelmeier High. Gemuruh air beradu atap tanah lilat kuno menjejali telinga Ebenzer dengan dengung lebahnya.
Pengajar yang mondar mandir di depan kelas terlihat seperti ikan mas yang hilang suaranya. Kasihan juga, sekuat apa pun dia berusaha menaikan suara tetap tidak mampu mengimbangi gelegar hujan dan petir. Pengajar itu adalah Mrs Heyden. Dia tidak mau di panggil Heyden-san seperti pengajar lain karena katanya dia adalah keturunan asli inggris.
Kembali ke Edelmeier High. Sekolah tua ini ternyata tak mampu manahan hawa dingin yang menusuk tulang seluruh penghuni nya. Angin bisa dengan bebas keluar masuk lewat celah-celah batu bata.
Dan disinilah Ebenzer Axirod dalam balutan seragam Edelmeier High meringkuk kedinginan sambil berjuang menahan kantuk yang berkolaborasi dengan orkestra hujan. Begitu kuatnya aura pembosan yang di pancarkan oleh sang pengajar membuat mata Ebenzer semakin lama semakin menurun tirainya. Mili meter per mili meter.
"Huah...." Ebenzer menguap tanpa di tutupi sama sekali. Kurang 25 menit sebelum pelajaran berakhir. Rasanya masih lama sekali...
Kali ini Ebenzer pun menyerah pada rasa kantuknya. Dengan pasrah, dia meletakan tangan diatas tangkupan kedua tangannya. Menyerahkan diri pada alam tidur...
...
......
"zer..."
"...ebenzer..."
"EBENZER!!!!"
"!!" Tersentak Ebenzer bangun. Kepalanya pening bukan main gara-gara bangun mendadak. Sementara matanya berusaha fokus, dan jiwanya yang berkelana sedang mengumpulkan diri, didepannya berdiri seorang wanita berseragam sama yang sedang nyengir lebar padanya.
" Pagi Ebenzer-kun, walau pun sekarang sebenarnya sudah sore" Sapa seorang gadis berrambut pendek dengan handycam terangkat di depan wajahnya.
"Oh... Clear-san..." ucap Ebenzer sambil mengusap mata. Gadis yang sedang tersenyum, tapi malah terlihat menyeringai, itu bernama Clear Solares. Teman sekelasnya.
Ebenzer pun segera menyadari bahwa keadaan kelas ramai, pengajar membosankan tadi juga sudah tidak ada. Dan jam menunjukan sudah lewat lima menit dari waktu pulang. Namun hujan belum juga mereda barang setitik pun.
Oh rupanya siswa-siswa ini sedang menunggu hujan reda...
"Mrs Heyden menjadikan kita satu kelompok drama! Kita cuma di beri waktu satu minggu untuk persiapan lo" Ucap Clear tanpa basa basi sambil duduk di meja Ebenzer.
"Kelompok drama? Kapan di baginya?"
"Tadi. Waktu kau masih asik membuat pulau"
Ebenzer nyengir malu, "Lalu siapa anggota yang lain?"
"Zenos dan Mycale" Jawab Clear sambil lalu. Beberapa detik kemudian dia menambahkan dengan nada kesal, "Dasar pelacur tua... Heyden selalu memberi tugas-tugas tambahan yang tak berarti"
Ebenzer terkejut. Baru kali ini dia mendengar salah satu kaum hawa yang mengumpat begitu.
"Well, nanti kita akan berdiskusi dulu mau bikin drama apa. Sambil nunggu hujan" Ucap Clear lagi.
Tiba-tiba ada seorang anak dari kelas sebelah yang melongokan kepalanya ke dalam kelas sambil berkata, "Clear Solarize? Di panggil guru BP" Lalu batang hidungnya hilang dari balik kusen.
Clear lagi-lagi menggerutu lalu meninggalkan Ebenzer sendirian.
Ebenzer menguap lagi. Dia merasa begitu malas dan bosan. Pikirannya mendesak tubuhnya untuk cepat-cepat pulang dan menamatkan game RPG kesukaannya. Namun badai yang menampar-nampar bumi Edelmeier membuatnya gentar.
Tiba-tiba ada yang menepuk pundaknya, "Ebenzer, kita satu kelompok lo... Sudah tau dari Clear kan?" Kata orang itu barusan.
"Mycale-san... ya, aku sudah tau"
"Lalu kemana gadis yang katanya mau mengajak berdiskusi itu?"
"Er, dia di panggil guru BP..."
"Oh"
Ada jeda beberapa detik dalam percakapan mereka. Ebenzer bersingut tidak nyaman. Namun sebisa mungkin dia menyembunyikannya.
Sejujurnya, Ebenzer agak keberatan dalam pengelompokan kali ini. Dia memang lebih mengenal Clear dari pada yang lain.
Namun gadis itu terkenal keras kepala dalam mepertahankan pendapatnya jika ada diskusi. Lebih sering memaksakan kehendaknya dan kadang kalau emosi suka meledak-ledak. Ebenzer jadi sedikit ngeri, kalau-kalau dia salah berbicara dan di sate oleh Clear.
Lagi pula, kadang Ebenzer tidak tau yang mana sifat Clear yang asli. Kadang dia terlihat baik dan manis, namun kadang dia terlihat penuh emosi dan menyebalkan. Kalau sudah begitu, rasanya melihat orang dengan kepribadian ganda.
Pada Mycale, Ebenzer tidak terlalu mengenal pemuda ini. Dia dan Ebenzer hanya bertukar beberapa kalimat saja dalam seminggu. Mycale memang terkenal kalem, meski pun dia masuk eskul paduan suara dan menjadi salah satu yang terbaik.
Dia juga tertarik pada biologi dan tidak segan menghabiskan waktu sampai malam meneliti di dalam lab yang seram. Namun lebih dari itu, Ebenzer sering merasa tidak nyaman berada di dekatnya.
Entah bagaimana, Mycale selalu terlihat ingin memangsanya. Kabarnya dia juga orang yang mudah bosan. Ebenzer takut kalau dirinya tidak bisa mengeluarkan ide segar hingga dianggap orang bodoh oleh Mycale.
Dan untuk Zenos... Siapa yang tidak kenal dengan Zenos Cavahan? Dia murid teladan genius yang selalu menduduki urutan pertama dalam setiap ujian selama karirnya di sekolah. Sebagaimana orang jenius lainnya, dia jarang bersosialisasi, dan pendiam sekali. Wajahnya selalu menunjukan bahwa dia tidak membutuhkan orang lain.
Ebenzer jadi minder sendiri kalau satu kelompok dengan Zenos. Bersanding saja rasanya tidak pantas, apa lagi satu kelompok.
Saat ini empunya otak jenius sedang membaca sesuatu yang kelihatannya rumit di pojokan kelas.
Ebenzer mendiagnosis bahwa kelompok kali ini akan sangat menyiksanya... Belum-belum Ebenzer sudah malas sekali memikirkan anggota kelompok yang lain.
Drrrrd! Drrdd!
bunyi getar ponsel terdengar cukup keras, karena Ebenzer meletakan miliknya itu diatas meja kayu. Buru-buru diraihnya ponsel itu. Dalam hati dia merasa bersyukur ada hal lain yang di lakukannya dari pada duduk melongo di samping Mycale.
"Ayo diskusi diperpustakaan! Di kelas ramainya minta ampun
-Clear"
Ebenzer pun menyampaikan isi pesan itu pada Mycale. Dan mereka berdua menghampiri Zenos sebelum bertiga berangkat ke perpustakaan.
Selama di perjalanan menuju perpustakaan, mereka bertiga diam total, sibuk dengan pikiran masing-masing. Zenos memandang ke luar jendela koridor dengan pandangan boasn, sementara Mycale mendengarkan musik seriousa dari headset mp3 playernya.
Untuk mengalihkan perhatian agar tidak grogi, Ebenzer ikut memandang ke luar jendela koridor. Dari jendela, terlihat sekilas ruangan BP. Oh, dia bahkan bisa melihat Clear sedang duduk di depan meja BP, sedang di marahi rupanya.
Namun Clear tiba-tiba berdiri dan menyambar sebuah vas yang ada di meja. Setelah itu pemandangan tertutup tembok karena sudut pandang Ebenzer yang terus berjalan tidak memungkinkan untuk melihat dari sisi ini.
Ingin rasanya Ebenzer berhenti dan berbalik untuk melihat apa yang terjadi selanjutnya, namun melihat Zenos yang berdiri di belakangnya persis, membuat Ebenzer mengurungkan niatnya.
" Permisi..." Gumam Ebenzer sambil membuka pintu perpusatakaan lebar-lebar. Dan dia merasa aneh karena tidak ada siapa-siapa disitu, bahkan perpustakawan yang biasanya nongkrong sampai magrib juga tidak ada.
Mereka mengambil meja paling dekat dengan pintu keluar sembari menunggu Clear selesai di ceramahi oleh guru BP.
Mycale masih tidak bosan melepaskan headset yang bernyanyi itu, dan Zenos pun melanjutkan aktifitas membacanya. Untuk Ebenzer sendiri, dia memilih mengambil buku secara acak agar ada sesuatu yang di kerjakan. Ternyata yang diambilnya adalah buku Psikologi lanjutan yang rumit. Sambil meringis pahit, Ebenzer mencoba menerjemahkan sendiri istilah-istilah yang tertulis dalam buku tersebut.
Suasanya begitu sepi, hanya terdengar suara samar bergemerisik dari mp3 palyer milik Mycale. Dan ternyata buku yang di pilih secara acak bagi Ebenzer sama menyiksanya...
Tiba-tiba Ebenzer merasakan sesuatu yang licin melintas, bersentuhan dengan kakinya. Jantung Ebenzer mendesir dan segera saja dia mengangkat kakinya keatas sambil setengah mundur dalam usahanya menghindari benda licin tersebut.
Dalam benaknya terlintas satu mahluk: ular. Kursi yang di duduki Ebenzer sampai terguling akibat reaksi mendadak Ebenzer. Zenos dan Mycale berdiri dari tempatnya, wajah mereka heran dengan kelakuan kasta terendah dalam kelompok itu.
"Dibawah sepertinya ada ular..." Ucap Ebenzer sambil menyembunyikan rasa paniknya, namun gagal total, karena dia terdengar seperti tikus yang mendecit.
Mycale segera mengecek bawah meja, sementara Zenos hanya membungkuk. Terdengar Mycale berseru pelan, dan dia bergerak agak kasar, lalu yang berikutnya terjadi adalah sebuah ular sanca sepanjang lengan orang dewasa, kepanya terjepit di tangan kanan Mycale, sementara ekornya di pegang di tangan kirinya.
"Untung bukan ular berbisa..." Ucap Mycale sambil tersenyum aneh, "Sepertinya dia lepas dari laboratorium... akan kukembalikan ketempatnya"
Dan segera saja Mycale pergi beserta ular, dan Mp3 Playernya. Dan ruangan kembali sunyi. ebenzer cepat-cepat membetulkan kursi dan kembali duduk menekuni buku psikologi yang sama sekali tak di mengertinya.
Suasana begitu tegang. Bagi Ebenzer tentu saja. Diliriknya Zenos masih dengan khusyuk membaca bukunya seperti patung yang di ciptakan oleh tangan seniman pahat nomor satu abad 18 di prancis.
Setelah berdebat dengan dirinya sendiri, Ebenzer mengumpulkan keberanian untuk membuka topik pembicaraan dengan Zenos.
"Er... apa maksudnya Sadomasochism??" Tanya Ebenzer terbata-bata.
Zenos memandangnya dengan tajam. Ebenzer pun dalam hati jadi menyesal telah mengajukan pertanyaan yang tak sesuai kastanya.
Namun tak disangka Zenos membuka suara dan mulai menjawab pertanyaan Ebenzer,
"Sadomasochism adalah gabungan dari dua kata, yaitu sado, atau sadism, yan gberarti kepuasan untuk membuat dan menonton orang lain menderita dan kesakitan. Sementara Masochism adalah kebalikannya. Dua hal yang saling mengisi. KAdang melibatkan unsur seksual, tapi tidak selalu. Mengapa kau tanyakan Ebenzer? Kau mau mencobanya??"
Entah kenapa kalau Zenos mengucapkan penjelasannya seperti itu, kendati jawabannya textbook sekali, ada sesuatu yang berbeda, auranya berbeda. Membuat bulu kuduk Ebenzer berdiri. Apalagi matanya terlihat begitu menyatu dengan image hal yang dibahasnya.
"Ada lagi yang ingin kau ketahui Ebenzer? Mau membahas hal tersebut lebih lanjut? Kebetulan aku sedang mengadakan riset tentang dua hal tersebut..." Tanya Zenos mengakhiri bahasannnya dengan pertanyaan interaktif. Tumben Zenos tidak sependiam biasanya.
Ebenzer tergagap, "Er..." Otaknya berpikir keras untuk dapat kabur dari masalah yang di timbulkannya. "Er... aku mau ke toilet dulu... Permisi" Ucapnya sambil berlalu.
Ternyata semakin jenius orang, semakin anehlah dia! Zenos benar-benar telah membuatnya takut. Bukan takut seperti melihat setan, mungkin mirip itu, tapi lebih ke jenis ketakutan yang lain.
Deg.
Ebenzer merasa dirinya diikuti seseorang. Namun dia membiarkannya, mungkin ada yang berjalan kearah yang sama dengannya. Namun, setiap kali dia melangkah, orang itu melangkah, dan berhenti ketika Ebenzer berhenti.
Saat dia menoleh kebelakang, wujud yang mengikutinya tidak nampak. Membuatnya makin merinding. Dia memang tidak begitu percaya dengan hantu, tapi kali ini cukup membuatnya merinding. Ebenzer mempercepat langkahnya untuk mencapai toilet.
Tapi dasar dia ceroboh, di tikungan koridor, dia menabrak seseorang, hingga seseorang yang dia tabrak itu menjatuhkan bukunya.
Orang itu mengaduh, dan Ebenzer segera sadar bahwa orang itu adalah Elwin-san!
"M-maaf Elwin-san! Saya tidak sengaja!" Ucap Ebenzer sambil membantu mengumpulkan buku dan dokumen yang tersebar akibat cara berjalannya yang ugal-ugalan.
"Kamu toh, Ebenzer. Tidak apa-apa kok. Sudah jam segini kok masih belum pulang?" Jawab Elwin-san. Wah pengajar yang seperti ini yang di butuhkan Edelmeier High. Bijaksana dan tidak galak namun tegas pada murid.
"Kelompok kami akan berdiskusi untuk drama minggu depan" Jawab Ebenzer sambil menyerahkan kertas yang ia kumpulkan. Dengan segera dia teringat, Elwin-san adalah guru yang di pasrahi untuk membawa kunci laboratorium. Bukankah Mycale sedang kesana untuk mengembalikan ularnya?
Bagaimana jika pemuda itu kesana dan menemukan pintu terkunci sedangkan ular pembelit mencoba meremukan lengannya?
"Elwin-san, tadi Mycale ke laboratorium... Dia mau mengembalikan ular yang lepas, hingga masuk ke perpustakaan, kembali ke lab" lapor Ebenzer.
Elwin terlihat terkejut, "Aduh, kuncinya saya bawa! Kasihan anak itu. Kalau begitu saya kesana sekarang. Terima kasih atas infonya, Ebenzer"
Guru itu berlari kecil dan berbelok di lorong menuju lab.
Ebenzer kembali melanjutkan perjalanannya ke toilet. Namun begitu melihat toilet yang lampunya mati, dia jadi mengurungkan niatnya. Sejak awal dia memang tidak berniat ke toilet untuk buang hajat, melainkan menghindar dari Zenos. Jenius yang pikirannya seperti malam haloween.
Teringat akan Clear, Ebenzer pun berjalan ke ruang BP. Sekolah sudah cukup sepi, bahkan sangat sepi. Hanya terlihat beberapa guru di kantor, itu pun sudah berkemas-kemas. Beberapa pengurus sekolah.
Sesampainya di ruang BP, Ebenzer berjingkat di jendela untuk mengintip kedalamnya. Namun dia tidak menemukan seorang pun hom0 sapien yang bercokol disitu. Dengan penasaran, Ebenzer bergerak pelan kedalam ruang BP.
Benar-benar tidak ada siapa-siapa. Bahkan suara gesekan tanda-tanda ada penghuni pun tidak terdengar. Namun Ebenzer dapat melihat sebuah vas pecah berkeping-keping di lantai. Bunganya berserakan di lantai dengan mahkota petal terkoyak menyedihkan.
Diamatinya vas tersebut. Dan betapa terkejutnya Ebenzer ketika melihat ada bercak darah di pecahan vas yang paling besar. Ketika meneliti lebih jauh, Ebenzer menemukan adanya tetas darah di lantai, dan tetesan tersebut menunjuk kearah luar BP, seperti untaian manik-manik merah kelam penunjuk jalan.
Ebenzer pun dengan amat berhati-hati menelusuri jejak darah tersebut. Hujan masih terus mengguyur Edelmeier, Ebenzer sedikit bergidik kedinginan ketika angin es melewatinya, namun dia tetap berjalan berdasarkan cetak darah di lantai.
Jejak itu membawanya ke kebun belakang sekolah. Perlahan, di tengah deru hujan, terdengar suara samar seperti orang sedang mencangkul.
Ebenzer melongok kearah sumber suara....
Terlihat seorang bermantel hujan berwarna hitam sedang menutup lubang dengan sekop di bawah guyuran hujan. Dan ketika orang itu berpaling, Ebenzer mengenali wajahnya, orang itu adalah Clear!
Apa yang dia lakukan disini? Bukankah dia seharusnya segera ke perpustakaan untuk membahas drama?
Karena penasaran, Ebenzer sedikit berjingkat untuk melihat apa yang ada di dalam lubang yang sedang di tutup oleh Clear. Betapa jantung Ebenzer akan berhenti berdetak ketika melihat yang di kubur gadis teman sekelasnya itu adalah Mrs Heyden!
Mrs Heyden terlihat kotor oleh lupur, wajah dan kepalnya nyaris hancur tak berbentuk. Namun matanya masih melotot. Mulutnya menganga seperti akan melancarkan serangkaian kata tajam. dan melihat ekspresi Clear yang puas, membuat ebenzer ingin pingsan.
Entah ke*sensor* apa, Clear seperti menyadari kehadiran Ebenzer. Merasa tertangkap basah, bukan si Clear, tapi Ebenzer, pemuda itu segera berlari meninggalkan posnya, untuk kembali kekelas menari perlindungan di tengah-tengah ramainya kelas.
Dia sudah tidak peduli lagi dengan drama kelompok, ada seseorang terbunuh saat ini!!
BRAK!!
Dengan kasar dia membuka pintu kelas. Dan sedikit kecewa karena setengah dari kelas ternyata memilih pulang menembus badai. Namun dia dapat menemukan seseorang yang bisa dia andalkan.
"Alto!! Hey Alto!!" Panggil Ebenzer sambil berlari mendekati Alto. Alto Funeral Angelo, adalah sahabat karib Ebenzer. Lelaki kalem tapi cengengesan itu terlihat duduk di pojokan sedang berbicara kepada seorang gadis yang memakai handuk menutupi kepalanya yang basah akibat kehujanan.
"Alto! Keadaan gawat!!" Seru Ebenzer agak keras bahkan ketika sudah berada di dekat Alto. Alto dengan jengkel memandang Ebenzer, "Aku tidka tuli, aku bisa mendengar perkataanmu dengan jelas, tak perlu berteriak!" Gerutu Alto.
"Dengar! Ada keadaan darurat!" Ucap Ebenzer lagi, kali ini dengan nada lebih rendah. "Ya, aku sudah tau, apa keadaan darurat itu, Ebenzer??" Tanya Alto mencoba sabar.
"Ya, apa keadaan darurat itu?? Sepertinya penting sekali!" tanya gadis yang mengkerudungkan handuk di kepalanya.
"Ada--- !!!" Kali ini bukan hanya jantung, tapi paru-paru, usus, ginjal, bahkan otak Ebenzer seakan nyaris bekerja ketika melihat siapa gadis berkerudung handuk ini.
Clear duduk disebelah Alto, menggunakan handuk untuk mengeringkan rambutnya. seragamnya basah kuyup, terutama bagian rok, berlumpur. Sepatu dan kaus kakinya dia lepas. Dua benda berlumpur dan basah itu tergeletak di bawah meja.
"Ayo ceritakan! Sepertinya menarik!" tanya Clear riang. Dari ekspresi wajah gadis itu tidka menunjukan bahwa dia telah melakukan pembunuhan, baik di sengaja maupun tidak, pada gurunya dan menyembunyikan mayatnya di kebun belakang sekolah!
"Kok malah dia?" tanya Alto keheranan.
Dengan jari gemetar, Ebenzer menunjuk Clear, "Ba-bagaimana kau..."
Clear yang menyadari dirinya di tunjuk, sadar dan langusng menjelaskan, "Oh ini? Setelah kembali dari Ruang BP, aku terpeleset di parit... memalukan memang. Untung saja ada Alto yang menolongku. Aku tau harusnya aku mengabari kalian, tapi HP ku mati gara-gara kena air... maaf ya kalian menunggu di perpus sendirian..."
Ebenzer gemetar. Kemudian dia menarik tangan Alto dan mengajaknya keluar kelas.
"Ada apa sih Ebenzer?? Kau tidak normal ya menarik tangan cowo??" Protes sekaligus ejek Alto. Ebenzer langsung membuang tangan Alto, "Enak saja! Dengarkan aku dulu!"
Lalu Ebenzer menceritakan apa yang di lihatnya pada Alto. Alto memasang tampang 'kau sudah sinting' selama Ebenzer bercerita.
"Kau mengatakan Clear, teman sekelasmu sendiri, telah membunuh Mrs Heyden? Kau sinting Eb..." Komentar Alto setelah beberapa detik Ebenzer bercerita.
"Aku mengatakan yang sebenarnya!! Aku melihatnya beberapa menit yang lalu, pasti masih ada buktinya!" Ebenzer berargumen.
"Hayo-hayo... ada apa ini?? Ebenzer mau buat pengakuan cinta sama Alto ya?"
Dua lelaki itu terlonjak ketika Clear sudah di belakangnya sambil mengucapkan kata penuh penghinaan itu.
"Si4lan... mungkin dia memang hay, tapi aku tidak" Sanggah Alto.
"Lalu apa yang kalian bicarakan?? Sepertinya serius..." Clear bertanya lagi dengan wajah menggoda orang yang lagi pacaran.
"Dia bilang kau membunuh Mrs Heyden" Jawab Alto terus terang.
Ingin rasanya Ebenzer menyodok mulut Alto dengan penggaris besi. Sedangkan Clear terdiam, lalu dia berkata pelan, "Se benci-bencinya aku padanya tentu aku tidak akan tega mebunuhnya. Meski pun ingin"
"Kalau benar aku telah membunuh Mrs Heyden, tunjukan buktinya" Tantang Clear dengan bergaya sok penjahat.
Akhirnya mereka bertiga pergi ke Ruang BP.
"Disini akan ada vas pecah dan tetesan darah..." Ucap Ebenzer dengan suara mirip orang berkumur sebelum memasuki ruang BP.
Namun apa yang dia dapati adalah ruang BP yang bersih dan rapi. Sama sekali tidak ada vas pecah apalagi bercak darah. Meski pun memang tidak ada vas disitu.
"...mana?" Tanya Clear.
Alto terdiam, dia sepertinya prihatin pada Ebenzer. Ebenzer sendiri berusaha menolak kenyataan, dia tetap bersi kukuh, "Sumpah! Tadi ada pecahan vas dan dan darah!"
Dia mulai panik, "B-bisa saja kau bereskan sebelum membuat alibi dengan Alto!" Sanggahnya lagi.
Clear membuang nafas, "Untuk membersihkan 'vas' dan 'bercak darah' tentunya membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Dan aku bertemu Alto sepuluh menit sebelum kau menemuinya. Ya kan Alto?"
Alto gelagapan, "Y-ya..." terlihat sekali kalau dia tak mau memojokan sahabatnya lebih jauh, namun logika harus tetap di perhitungkan.
Ebenzer lalu teringat akan kebun belakang sekolah, "Aku melihatmu mengubur Mrs Heyden di kebun belakang sekolah! Bagaimana kalau di cek?"
Clear mengangkat bahu, "Silahkan saja"
Ebenzer, dengan tanpa memakai jas hujan, terus menggali dengan sekop tua. Dia yakin sekali koordinat tempat Clear mengubur Mrs Heyden. Namun sudah sedalam setengah meter Ebenzer tak menemukan apa-apa. Alto terlihat makin prihatin.
Akhirnya sekop Ebenzer menyentuh sesuatu yang keras, hati Ebenzer, anehnya, berbunga-bunga. Bukan karena dia senang menemukan mayat Mrs Heyden yang kepalanya sudah hancur, tapi karena dia berhasil membuktikan kejahatan yang di lakukan anggota kelompoknya.
Dengan penuh semangat, Ebenzer terus menggali. Namun, kenyataan yang dia temui tidak sejalan dengan harapannya. Benda keras yang menyentuh sekopnya ternyata adalah gerabah yang sudah lama pecah. Ebenzer teringat bahwa beberapa minggu yang lalu pengurus sekolah pernah mengubur gerabah yang pecah secara massal di ruang kesenian.
"Tidak mungkin..." Ebenzer mulai mengais gerabah itu dengan tangan kosong, " Pasti ada disini!! Pasti disekitar sini!!" Lalu dia segera berdiri, "Atau mungkin aku salah gali... ya! Aku pasti salah tempat!!" Ucapnya meyakinkan diri sendiri.
"Silahkan gali seluruh sekolah ini jika perlu, namun kau tidak akan menemukan mayat Mrs Heyden atau mayat orang lain. Tapi mungkin kau akan menemukan mayat kucing, anjing, bahkan kecoa. Atau mungkin dari sekian binatang itu ada yang bernama Mrs Heyden. Cari saja" Ucap Clear sarkastik.
Ebenzer yang emosi, langsung menggali situs lain, namun usahanya segera di halangi Alto, "Sudahlah Ebenzer! Sudah!"
Alto segera membuang sekop yang terjatuh dari tangan Ebenzer, "Ada apa denganmu?! Tidak biasanya kau bicara melantur seperti ini!!"
Ebenzer menepis tangan Alto, "Aku berkata yang sebenarnya!! Dia itu pembunuh!!"
"Ebenzer! Kau sudah keterlaluan!!"
Ebenzer emosi nya meledak. Dia boleh saja dianggap pembohong oleh seisi dunia, tapi tidak oleh orang ini, "Tidak!! Aku menyampaikan kebenaran!! Mungkin saja dia lepas emosi dan membunuh Mrs Heyden?! Mungkin saja dia menyuruh orang lain untuk membereskan semuanya sebelum membuat alibi!! Mengapa kau melindunginya?! Kau ini sahabatku atau bukan?! Jawab aku pengkhianat!!"
BUK!!
Alto meninju wajah Ebenzer hingga pemuda itu oleng. Ebenzer menatap Alto perlahan dengan wajah tidak percaya. Sementara Alto sendiri terlihat terkejut dan menyesal telah melakukan hal tadi.
Dengan nada bersalah dia berkata, "... mungkin kau perlu istirahat Ebenzer... pulanglah..."
DUK!
Ebenzer berlari setengah menabrak Alto. Nampaknya dia begitu kecewa karena tidak di percayai orang yang telah menjadi sahabatnya selama bertahun-tahun.
Clear yang tadi terlihat garang, sekarang terlihat bersalah. Dia mungkin tidak menyangka kalau tantangan kecilnya bisa merusak persahabatan dua orang laki-laki itu, "Maaf ya..." Ucapnya.
"Ah tidak... Dia mungkin sedikit kecapekan... Justru aku yang minta maaf padamu..." Jawab Alto, "Tidak bisanya Ebenzer berbohong. Dia memang bodoh, tapi bukan pembohong"
"...ayo kembali ke kelas..."
Alto melempar pandang kelangit mendung, "Kau duluan saja..."
Tak terpelakan, Alto juga sama sedihnya dengan Ebenzer. Maka Clear pun berjalan sendiri menuju kelas. Dia bahkan tidak memakai alas kaki karena tergesa-gesa ke tempat itu.
Alto menghela nafas sambil bersandar. Dia terus-terusan memandang langit dengan mata hampa. Bahkan angin dingin tak mampu membuatnya lebih merana lagi. Setelah lewat beberapa menit, dia memutuskan untuk kembali kekelas dan pulang.
Urusannya di sekolah hari ini sudah selesai, dia akan menyelesaikan sisanya besok, jika keadaan sudah tenang.
Baru ketika dia melangkahkan kaki untuk berbali, dia melihat sebuah kantong plastik yang menarik perhatiannya. Bukan karena kantong itu bergambar wanita bikini, tapi karena itu plastik baru yang di letakan di bawah tangga yang semua komposisinya berdebu.
Sebagai lelaki Alto memang cukup jeli melihat nilai-nilai kebersihan.
Dengan penasaran, Alto meraih kantong plastik itu, dan melongok isinya.
"Ini...?!"
Pintu kelas di buka, dan Alto memasuki ruangan dengan wajah keruh. Di hampirinya tempat Clear duduk, "Ikut aku sebentar" Ucapnya yang diikuti tatapan mata bingung dari Clear.
Diluar kelas, Alto berdiri membelakangi Clear,
"Ada apa Alto? Bukannya aku sudah minta maaf...?" Ucap Clear yang mirip rengekan.
"Kau membenci Mrs Heyden ya?" tanya Alto yang mengejutkan dan mengherankan Clear.
"Sudah jadi rahasia umum kan? Kita memang saling benci"
"...apakah kebencian itu begitu kuat hingga membuatmu ingin menyakitinya?"
"Apa yang kau bicarakan?"
"Jawab saja!"
"...y-yah... aku tidak menyangkal..."
Alto kemudian berbalik menghadap Clealite, "Bisa kau jelaskan tentang ini?" Ucapnya tegas sambil menyodorkan sebuah pecahan.
Clear sedikit terkejut ketika di sodori pecahan vas dengan bercak merah di permukaannya, "Apa maksudmu, Alto?" Clear balik bertanya dengan nada tersinggung.
"Aku menemukan ini di kantong plastik di bawah tangga. Ini adalah benda baru diantara tumpukan debu. Ada yang meletakannya dalam waktu dekat" Jawab Alto tajam.
"Ya mana ku tau! Belum tentu aku yang meletakannya kan?!" Lalu Clear sadar akan maksud Alto, "Kau... kau menuduhku membunuh Mrs Heyden?? Seperti Ebenzer, Alto?!"
"Aku tidak menuduh, aku cuma bertanya"
"Caramu bertanya seperti menyudutkan orang..."
"Aku cuma ingin memastikan. Ebenzer paling anti berbohong. Mungkin saja yang dia lihat orang lain yang mirip denganmu..."
"Huh, jadi kau ingin main detektif-detektif-an??"
Alto memandang Clear dengan tajam. Membuat gadis itu balas menatapnya dengan galak. Nyata sekali kalau Clear tidak suka di pojokan.
"Ada sesuatu yang menggangguku..." Kata Alto dengan suara rendah
"Apa karena Ebenzer tidak mampu menemukan mayat berwajah hancur itu?? Atau dia salah mengekori jejak darah??"
"Clear, kenapa kau begitu emosi? Aku kan tidak mengatakan kau pelakunya"
"Tapi gerak-gerikmu membuatku kesal! Si4lan, aku terlambat berdiskusi drama gara-gara kau!!" Bentak Clear kesal sambil berlalu. Alto yang masih ingin berbincang-bincang terpaksa menahan tangan Clear, "Tunggu sebentar!"
Crep. Alto merasa ada yang basah di genggaman tangannya. Clear pun berhenti. Perlahan Alto membuka pegangan tangannya dan melihat telapaknya sendiri. Ternyata yang terasa kental dan basah tadi adalah darah! "Clear, kau berdarah!"
Clear melihat luka yang katanya berdarah itu, "Ah, pasti gara-gara jatuh ke parit tadi..."
Alto sedikit panik langsung mencermati luka Clear sambil mengeluarkan sapu tangannya, "Sini biar ku bebat!" Namun ketika akan membebat luka Clear, Alto melihat ada serpihan vas tertempel pada bagian sekitar luka. Sedikit mengerikan memang, ada pecahan keramik sepanjang tiga senti meter tertancap di kulit sesorang. Pecahan yang bercorak sama dengan contoh vas yang di bawa Alto.
Dengan perlahan, Alto mencabut serpihan tersebut, "Clear..."
Clear yang tadinya agak tenang menjadi marah lagi, "Apa??"
"Apa benar kau tidak tau apa pun tentang yang di katakan Ebenzer?"
"Bagaimana aku harus tau?! Berurusan dengan Heyden saja sudah membuatku muak!!"
"Kau bicara saja yang sebenarnya terjadi. Aku disini bukan untuk mendesakmu"
"Apa kau belum sadar? Dari tadi kata-katamu itu sudah mendesakku!"
Alto mencoba bersikap sabar, "Dengar! Motif pecahan yang kutemukan sama dengan yang menempel di tubuhmu! Aku hanya bertanya, kenapa kau marah??"
Clear menjawab dengan nada tinggi, menyeimbangi dengan gemuruh hujan petir di luar, "Jadi kenapa kalau aku tertusuk vas yang motifnya hampir sama?? Lagi pula, itu bukan bukti kalau aku yang memukul Heyden dengan vas!!"
"!!" Alto sekarang benar-benar melepaskan Clear, "...jadi itu yang terjadi?? Kau memukul Mrs Heyden dengan vas??"
Clear memandang kesal keluar jendela. Dia juga tak menjawab. Kata-kata yang tak sengaja terucap tadi sudah mengungkapkan semuanya. Gadis itu kemudian berjalan mendekati jendela, "Dari dulu aku memang sudah ingin melakukannya. Dan aku tidak menyesal"
Gadis itu lalu memandang Alto dengan lembut, "Well, Alto, seperti sebagaimana pembunuh pada umumnya kalau kelakuannya tercium, dia pasti akan melenyapkan saksi. Dalam kasusku, saksi-saksi tersebut adalah kau dan Ebenzer"
Alto langsung waspada, Clear wanita, dia mungkin bisa memang fisik! Namun tak dapat di pungkiri bahwa Clear memiliki sejarah kombat yang unik dengan melibatkan 8 pemuda berandal kampung di pasar.
Clear kemudian mengeluarkan sesuatu yang berbentuk kotak hitam, dengan ujung pengapit seperti mulut kepiting. Taser.
"Oh sh*t..." Umpat Alto dalam hati.
Rating: M (tapi karena tteman sendiri, saya rubah jadi T~)
Contains gore, violence (mostly violence), nudity (dikid kok, dikid...), and slef-harming attempt
slight hay (bukan hay sih, tergantung liadnya dari sisi mana ) /huahaha
After School
Hujan deras mengguyur kota Edelmeier. Ribuan kubik air di jatuh kan diatas bumi Edelmeier High. Gemuruh air beradu atap tanah lilat kuno menjejali telinga Ebenzer dengan dengung lebahnya.
Pengajar yang mondar mandir di depan kelas terlihat seperti ikan mas yang hilang suaranya. Kasihan juga, sekuat apa pun dia berusaha menaikan suara tetap tidak mampu mengimbangi gelegar hujan dan petir. Pengajar itu adalah Mrs Heyden. Dia tidak mau di panggil Heyden-san seperti pengajar lain karena katanya dia adalah keturunan asli inggris.
Kembali ke Edelmeier High. Sekolah tua ini ternyata tak mampu manahan hawa dingin yang menusuk tulang seluruh penghuni nya. Angin bisa dengan bebas keluar masuk lewat celah-celah batu bata.
Dan disinilah Ebenzer Axirod dalam balutan seragam Edelmeier High meringkuk kedinginan sambil berjuang menahan kantuk yang berkolaborasi dengan orkestra hujan. Begitu kuatnya aura pembosan yang di pancarkan oleh sang pengajar membuat mata Ebenzer semakin lama semakin menurun tirainya. Mili meter per mili meter.
"Huah...." Ebenzer menguap tanpa di tutupi sama sekali. Kurang 25 menit sebelum pelajaran berakhir. Rasanya masih lama sekali...
Kali ini Ebenzer pun menyerah pada rasa kantuknya. Dengan pasrah, dia meletakan tangan diatas tangkupan kedua tangannya. Menyerahkan diri pada alam tidur...
...
......
"zer..."
"...ebenzer..."
"EBENZER!!!!"
"!!" Tersentak Ebenzer bangun. Kepalanya pening bukan main gara-gara bangun mendadak. Sementara matanya berusaha fokus, dan jiwanya yang berkelana sedang mengumpulkan diri, didepannya berdiri seorang wanita berseragam sama yang sedang nyengir lebar padanya.
" Pagi Ebenzer-kun, walau pun sekarang sebenarnya sudah sore" Sapa seorang gadis berrambut pendek dengan handycam terangkat di depan wajahnya.
"Oh... Clear-san..." ucap Ebenzer sambil mengusap mata. Gadis yang sedang tersenyum, tapi malah terlihat menyeringai, itu bernama Clear Solares. Teman sekelasnya.
Ebenzer pun segera menyadari bahwa keadaan kelas ramai, pengajar membosankan tadi juga sudah tidak ada. Dan jam menunjukan sudah lewat lima menit dari waktu pulang. Namun hujan belum juga mereda barang setitik pun.
Oh rupanya siswa-siswa ini sedang menunggu hujan reda...
"Mrs Heyden menjadikan kita satu kelompok drama! Kita cuma di beri waktu satu minggu untuk persiapan lo" Ucap Clear tanpa basa basi sambil duduk di meja Ebenzer.
"Kelompok drama? Kapan di baginya?"
"Tadi. Waktu kau masih asik membuat pulau"
Ebenzer nyengir malu, "Lalu siapa anggota yang lain?"
"Zenos dan Mycale" Jawab Clear sambil lalu. Beberapa detik kemudian dia menambahkan dengan nada kesal, "Dasar pelacur tua... Heyden selalu memberi tugas-tugas tambahan yang tak berarti"
Ebenzer terkejut. Baru kali ini dia mendengar salah satu kaum hawa yang mengumpat begitu.
"Well, nanti kita akan berdiskusi dulu mau bikin drama apa. Sambil nunggu hujan" Ucap Clear lagi.
Tiba-tiba ada seorang anak dari kelas sebelah yang melongokan kepalanya ke dalam kelas sambil berkata, "Clear Solarize? Di panggil guru BP" Lalu batang hidungnya hilang dari balik kusen.
Clear lagi-lagi menggerutu lalu meninggalkan Ebenzer sendirian.
Ebenzer menguap lagi. Dia merasa begitu malas dan bosan. Pikirannya mendesak tubuhnya untuk cepat-cepat pulang dan menamatkan game RPG kesukaannya. Namun badai yang menampar-nampar bumi Edelmeier membuatnya gentar.
Tiba-tiba ada yang menepuk pundaknya, "Ebenzer, kita satu kelompok lo... Sudah tau dari Clear kan?" Kata orang itu barusan.
"Mycale-san... ya, aku sudah tau"
"Lalu kemana gadis yang katanya mau mengajak berdiskusi itu?"
"Er, dia di panggil guru BP..."
"Oh"
Ada jeda beberapa detik dalam percakapan mereka. Ebenzer bersingut tidak nyaman. Namun sebisa mungkin dia menyembunyikannya.
Sejujurnya, Ebenzer agak keberatan dalam pengelompokan kali ini. Dia memang lebih mengenal Clear dari pada yang lain.
Namun gadis itu terkenal keras kepala dalam mepertahankan pendapatnya jika ada diskusi. Lebih sering memaksakan kehendaknya dan kadang kalau emosi suka meledak-ledak. Ebenzer jadi sedikit ngeri, kalau-kalau dia salah berbicara dan di sate oleh Clear.
Lagi pula, kadang Ebenzer tidak tau yang mana sifat Clear yang asli. Kadang dia terlihat baik dan manis, namun kadang dia terlihat penuh emosi dan menyebalkan. Kalau sudah begitu, rasanya melihat orang dengan kepribadian ganda.
Pada Mycale, Ebenzer tidak terlalu mengenal pemuda ini. Dia dan Ebenzer hanya bertukar beberapa kalimat saja dalam seminggu. Mycale memang terkenal kalem, meski pun dia masuk eskul paduan suara dan menjadi salah satu yang terbaik.
Dia juga tertarik pada biologi dan tidak segan menghabiskan waktu sampai malam meneliti di dalam lab yang seram. Namun lebih dari itu, Ebenzer sering merasa tidak nyaman berada di dekatnya.
Entah bagaimana, Mycale selalu terlihat ingin memangsanya. Kabarnya dia juga orang yang mudah bosan. Ebenzer takut kalau dirinya tidak bisa mengeluarkan ide segar hingga dianggap orang bodoh oleh Mycale.
Dan untuk Zenos... Siapa yang tidak kenal dengan Zenos Cavahan? Dia murid teladan genius yang selalu menduduki urutan pertama dalam setiap ujian selama karirnya di sekolah. Sebagaimana orang jenius lainnya, dia jarang bersosialisasi, dan pendiam sekali. Wajahnya selalu menunjukan bahwa dia tidak membutuhkan orang lain.
Ebenzer jadi minder sendiri kalau satu kelompok dengan Zenos. Bersanding saja rasanya tidak pantas, apa lagi satu kelompok.
Saat ini empunya otak jenius sedang membaca sesuatu yang kelihatannya rumit di pojokan kelas.
Ebenzer mendiagnosis bahwa kelompok kali ini akan sangat menyiksanya... Belum-belum Ebenzer sudah malas sekali memikirkan anggota kelompok yang lain.
Drrrrd! Drrdd!
bunyi getar ponsel terdengar cukup keras, karena Ebenzer meletakan miliknya itu diatas meja kayu. Buru-buru diraihnya ponsel itu. Dalam hati dia merasa bersyukur ada hal lain yang di lakukannya dari pada duduk melongo di samping Mycale.
"Ayo diskusi diperpustakaan! Di kelas ramainya minta ampun
-Clear"
Ebenzer pun menyampaikan isi pesan itu pada Mycale. Dan mereka berdua menghampiri Zenos sebelum bertiga berangkat ke perpustakaan.
Selama di perjalanan menuju perpustakaan, mereka bertiga diam total, sibuk dengan pikiran masing-masing. Zenos memandang ke luar jendela koridor dengan pandangan boasn, sementara Mycale mendengarkan musik seriousa dari headset mp3 playernya.
Untuk mengalihkan perhatian agar tidak grogi, Ebenzer ikut memandang ke luar jendela koridor. Dari jendela, terlihat sekilas ruangan BP. Oh, dia bahkan bisa melihat Clear sedang duduk di depan meja BP, sedang di marahi rupanya.
Namun Clear tiba-tiba berdiri dan menyambar sebuah vas yang ada di meja. Setelah itu pemandangan tertutup tembok karena sudut pandang Ebenzer yang terus berjalan tidak memungkinkan untuk melihat dari sisi ini.
Ingin rasanya Ebenzer berhenti dan berbalik untuk melihat apa yang terjadi selanjutnya, namun melihat Zenos yang berdiri di belakangnya persis, membuat Ebenzer mengurungkan niatnya.
" Permisi..." Gumam Ebenzer sambil membuka pintu perpusatakaan lebar-lebar. Dan dia merasa aneh karena tidak ada siapa-siapa disitu, bahkan perpustakawan yang biasanya nongkrong sampai magrib juga tidak ada.
Mereka mengambil meja paling dekat dengan pintu keluar sembari menunggu Clear selesai di ceramahi oleh guru BP.
Mycale masih tidak bosan melepaskan headset yang bernyanyi itu, dan Zenos pun melanjutkan aktifitas membacanya. Untuk Ebenzer sendiri, dia memilih mengambil buku secara acak agar ada sesuatu yang di kerjakan. Ternyata yang diambilnya adalah buku Psikologi lanjutan yang rumit. Sambil meringis pahit, Ebenzer mencoba menerjemahkan sendiri istilah-istilah yang tertulis dalam buku tersebut.
Suasanya begitu sepi, hanya terdengar suara samar bergemerisik dari mp3 palyer milik Mycale. Dan ternyata buku yang di pilih secara acak bagi Ebenzer sama menyiksanya...
Tiba-tiba Ebenzer merasakan sesuatu yang licin melintas, bersentuhan dengan kakinya. Jantung Ebenzer mendesir dan segera saja dia mengangkat kakinya keatas sambil setengah mundur dalam usahanya menghindari benda licin tersebut.
Dalam benaknya terlintas satu mahluk: ular. Kursi yang di duduki Ebenzer sampai terguling akibat reaksi mendadak Ebenzer. Zenos dan Mycale berdiri dari tempatnya, wajah mereka heran dengan kelakuan kasta terendah dalam kelompok itu.
"Dibawah sepertinya ada ular..." Ucap Ebenzer sambil menyembunyikan rasa paniknya, namun gagal total, karena dia terdengar seperti tikus yang mendecit.
Mycale segera mengecek bawah meja, sementara Zenos hanya membungkuk. Terdengar Mycale berseru pelan, dan dia bergerak agak kasar, lalu yang berikutnya terjadi adalah sebuah ular sanca sepanjang lengan orang dewasa, kepanya terjepit di tangan kanan Mycale, sementara ekornya di pegang di tangan kirinya.
"Untung bukan ular berbisa..." Ucap Mycale sambil tersenyum aneh, "Sepertinya dia lepas dari laboratorium... akan kukembalikan ketempatnya"
Dan segera saja Mycale pergi beserta ular, dan Mp3 Playernya. Dan ruangan kembali sunyi. ebenzer cepat-cepat membetulkan kursi dan kembali duduk menekuni buku psikologi yang sama sekali tak di mengertinya.
Suasana begitu tegang. Bagi Ebenzer tentu saja. Diliriknya Zenos masih dengan khusyuk membaca bukunya seperti patung yang di ciptakan oleh tangan seniman pahat nomor satu abad 18 di prancis.
Setelah berdebat dengan dirinya sendiri, Ebenzer mengumpulkan keberanian untuk membuka topik pembicaraan dengan Zenos.
"Er... apa maksudnya Sadomasochism??" Tanya Ebenzer terbata-bata.
Zenos memandangnya dengan tajam. Ebenzer pun dalam hati jadi menyesal telah mengajukan pertanyaan yang tak sesuai kastanya.
Namun tak disangka Zenos membuka suara dan mulai menjawab pertanyaan Ebenzer,
"Sadomasochism adalah gabungan dari dua kata, yaitu sado, atau sadism, yan gberarti kepuasan untuk membuat dan menonton orang lain menderita dan kesakitan. Sementara Masochism adalah kebalikannya. Dua hal yang saling mengisi. KAdang melibatkan unsur seksual, tapi tidak selalu. Mengapa kau tanyakan Ebenzer? Kau mau mencobanya??"
Entah kenapa kalau Zenos mengucapkan penjelasannya seperti itu, kendati jawabannya textbook sekali, ada sesuatu yang berbeda, auranya berbeda. Membuat bulu kuduk Ebenzer berdiri. Apalagi matanya terlihat begitu menyatu dengan image hal yang dibahasnya.
"Ada lagi yang ingin kau ketahui Ebenzer? Mau membahas hal tersebut lebih lanjut? Kebetulan aku sedang mengadakan riset tentang dua hal tersebut..." Tanya Zenos mengakhiri bahasannnya dengan pertanyaan interaktif. Tumben Zenos tidak sependiam biasanya.
Ebenzer tergagap, "Er..." Otaknya berpikir keras untuk dapat kabur dari masalah yang di timbulkannya. "Er... aku mau ke toilet dulu... Permisi" Ucapnya sambil berlalu.
Ternyata semakin jenius orang, semakin anehlah dia! Zenos benar-benar telah membuatnya takut. Bukan takut seperti melihat setan, mungkin mirip itu, tapi lebih ke jenis ketakutan yang lain.
Deg.
Ebenzer merasa dirinya diikuti seseorang. Namun dia membiarkannya, mungkin ada yang berjalan kearah yang sama dengannya. Namun, setiap kali dia melangkah, orang itu melangkah, dan berhenti ketika Ebenzer berhenti.
Saat dia menoleh kebelakang, wujud yang mengikutinya tidak nampak. Membuatnya makin merinding. Dia memang tidak begitu percaya dengan hantu, tapi kali ini cukup membuatnya merinding. Ebenzer mempercepat langkahnya untuk mencapai toilet.
Tapi dasar dia ceroboh, di tikungan koridor, dia menabrak seseorang, hingga seseorang yang dia tabrak itu menjatuhkan bukunya.
Orang itu mengaduh, dan Ebenzer segera sadar bahwa orang itu adalah Elwin-san!
"M-maaf Elwin-san! Saya tidak sengaja!" Ucap Ebenzer sambil membantu mengumpulkan buku dan dokumen yang tersebar akibat cara berjalannya yang ugal-ugalan.
"Kamu toh, Ebenzer. Tidak apa-apa kok. Sudah jam segini kok masih belum pulang?" Jawab Elwin-san. Wah pengajar yang seperti ini yang di butuhkan Edelmeier High. Bijaksana dan tidak galak namun tegas pada murid.
"Kelompok kami akan berdiskusi untuk drama minggu depan" Jawab Ebenzer sambil menyerahkan kertas yang ia kumpulkan. Dengan segera dia teringat, Elwin-san adalah guru yang di pasrahi untuk membawa kunci laboratorium. Bukankah Mycale sedang kesana untuk mengembalikan ularnya?
Bagaimana jika pemuda itu kesana dan menemukan pintu terkunci sedangkan ular pembelit mencoba meremukan lengannya?
"Elwin-san, tadi Mycale ke laboratorium... Dia mau mengembalikan ular yang lepas, hingga masuk ke perpustakaan, kembali ke lab" lapor Ebenzer.
Elwin terlihat terkejut, "Aduh, kuncinya saya bawa! Kasihan anak itu. Kalau begitu saya kesana sekarang. Terima kasih atas infonya, Ebenzer"
Guru itu berlari kecil dan berbelok di lorong menuju lab.
Ebenzer kembali melanjutkan perjalanannya ke toilet. Namun begitu melihat toilet yang lampunya mati, dia jadi mengurungkan niatnya. Sejak awal dia memang tidak berniat ke toilet untuk buang hajat, melainkan menghindar dari Zenos. Jenius yang pikirannya seperti malam haloween.
Teringat akan Clear, Ebenzer pun berjalan ke ruang BP. Sekolah sudah cukup sepi, bahkan sangat sepi. Hanya terlihat beberapa guru di kantor, itu pun sudah berkemas-kemas. Beberapa pengurus sekolah.
Sesampainya di ruang BP, Ebenzer berjingkat di jendela untuk mengintip kedalamnya. Namun dia tidak menemukan seorang pun hom0 sapien yang bercokol disitu. Dengan penasaran, Ebenzer bergerak pelan kedalam ruang BP.
Benar-benar tidak ada siapa-siapa. Bahkan suara gesekan tanda-tanda ada penghuni pun tidak terdengar. Namun Ebenzer dapat melihat sebuah vas pecah berkeping-keping di lantai. Bunganya berserakan di lantai dengan mahkota petal terkoyak menyedihkan.
Diamatinya vas tersebut. Dan betapa terkejutnya Ebenzer ketika melihat ada bercak darah di pecahan vas yang paling besar. Ketika meneliti lebih jauh, Ebenzer menemukan adanya tetas darah di lantai, dan tetesan tersebut menunjuk kearah luar BP, seperti untaian manik-manik merah kelam penunjuk jalan.
Ebenzer pun dengan amat berhati-hati menelusuri jejak darah tersebut. Hujan masih terus mengguyur Edelmeier, Ebenzer sedikit bergidik kedinginan ketika angin es melewatinya, namun dia tetap berjalan berdasarkan cetak darah di lantai.
Jejak itu membawanya ke kebun belakang sekolah. Perlahan, di tengah deru hujan, terdengar suara samar seperti orang sedang mencangkul.
Ebenzer melongok kearah sumber suara....
Terlihat seorang bermantel hujan berwarna hitam sedang menutup lubang dengan sekop di bawah guyuran hujan. Dan ketika orang itu berpaling, Ebenzer mengenali wajahnya, orang itu adalah Clear!
Apa yang dia lakukan disini? Bukankah dia seharusnya segera ke perpustakaan untuk membahas drama?
Karena penasaran, Ebenzer sedikit berjingkat untuk melihat apa yang ada di dalam lubang yang sedang di tutup oleh Clear. Betapa jantung Ebenzer akan berhenti berdetak ketika melihat yang di kubur gadis teman sekelasnya itu adalah Mrs Heyden!
Mrs Heyden terlihat kotor oleh lupur, wajah dan kepalnya nyaris hancur tak berbentuk. Namun matanya masih melotot. Mulutnya menganga seperti akan melancarkan serangkaian kata tajam. dan melihat ekspresi Clear yang puas, membuat ebenzer ingin pingsan.
Entah ke*sensor* apa, Clear seperti menyadari kehadiran Ebenzer. Merasa tertangkap basah, bukan si Clear, tapi Ebenzer, pemuda itu segera berlari meninggalkan posnya, untuk kembali kekelas menari perlindungan di tengah-tengah ramainya kelas.
Dia sudah tidak peduli lagi dengan drama kelompok, ada seseorang terbunuh saat ini!!
BRAK!!
Dengan kasar dia membuka pintu kelas. Dan sedikit kecewa karena setengah dari kelas ternyata memilih pulang menembus badai. Namun dia dapat menemukan seseorang yang bisa dia andalkan.
"Alto!! Hey Alto!!" Panggil Ebenzer sambil berlari mendekati Alto. Alto Funeral Angelo, adalah sahabat karib Ebenzer. Lelaki kalem tapi cengengesan itu terlihat duduk di pojokan sedang berbicara kepada seorang gadis yang memakai handuk menutupi kepalanya yang basah akibat kehujanan.
"Alto! Keadaan gawat!!" Seru Ebenzer agak keras bahkan ketika sudah berada di dekat Alto. Alto dengan jengkel memandang Ebenzer, "Aku tidka tuli, aku bisa mendengar perkataanmu dengan jelas, tak perlu berteriak!" Gerutu Alto.
"Dengar! Ada keadaan darurat!" Ucap Ebenzer lagi, kali ini dengan nada lebih rendah. "Ya, aku sudah tau, apa keadaan darurat itu, Ebenzer??" Tanya Alto mencoba sabar.
"Ya, apa keadaan darurat itu?? Sepertinya penting sekali!" tanya gadis yang mengkerudungkan handuk di kepalanya.
"Ada--- !!!" Kali ini bukan hanya jantung, tapi paru-paru, usus, ginjal, bahkan otak Ebenzer seakan nyaris bekerja ketika melihat siapa gadis berkerudung handuk ini.
Clear duduk disebelah Alto, menggunakan handuk untuk mengeringkan rambutnya. seragamnya basah kuyup, terutama bagian rok, berlumpur. Sepatu dan kaus kakinya dia lepas. Dua benda berlumpur dan basah itu tergeletak di bawah meja.
"Ayo ceritakan! Sepertinya menarik!" tanya Clear riang. Dari ekspresi wajah gadis itu tidka menunjukan bahwa dia telah melakukan pembunuhan, baik di sengaja maupun tidak, pada gurunya dan menyembunyikan mayatnya di kebun belakang sekolah!
"Kok malah dia?" tanya Alto keheranan.
Dengan jari gemetar, Ebenzer menunjuk Clear, "Ba-bagaimana kau..."
Clear yang menyadari dirinya di tunjuk, sadar dan langusng menjelaskan, "Oh ini? Setelah kembali dari Ruang BP, aku terpeleset di parit... memalukan memang. Untung saja ada Alto yang menolongku. Aku tau harusnya aku mengabari kalian, tapi HP ku mati gara-gara kena air... maaf ya kalian menunggu di perpus sendirian..."
Ebenzer gemetar. Kemudian dia menarik tangan Alto dan mengajaknya keluar kelas.
"Ada apa sih Ebenzer?? Kau tidak normal ya menarik tangan cowo??" Protes sekaligus ejek Alto. Ebenzer langsung membuang tangan Alto, "Enak saja! Dengarkan aku dulu!"
Lalu Ebenzer menceritakan apa yang di lihatnya pada Alto. Alto memasang tampang 'kau sudah sinting' selama Ebenzer bercerita.
"Kau mengatakan Clear, teman sekelasmu sendiri, telah membunuh Mrs Heyden? Kau sinting Eb..." Komentar Alto setelah beberapa detik Ebenzer bercerita.
"Aku mengatakan yang sebenarnya!! Aku melihatnya beberapa menit yang lalu, pasti masih ada buktinya!" Ebenzer berargumen.
"Hayo-hayo... ada apa ini?? Ebenzer mau buat pengakuan cinta sama Alto ya?"
Dua lelaki itu terlonjak ketika Clear sudah di belakangnya sambil mengucapkan kata penuh penghinaan itu.
"Si4lan... mungkin dia memang hay, tapi aku tidak" Sanggah Alto.
"Lalu apa yang kalian bicarakan?? Sepertinya serius..." Clear bertanya lagi dengan wajah menggoda orang yang lagi pacaran.
"Dia bilang kau membunuh Mrs Heyden" Jawab Alto terus terang.
Ingin rasanya Ebenzer menyodok mulut Alto dengan penggaris besi. Sedangkan Clear terdiam, lalu dia berkata pelan, "Se benci-bencinya aku padanya tentu aku tidak akan tega mebunuhnya. Meski pun ingin"
"Kalau benar aku telah membunuh Mrs Heyden, tunjukan buktinya" Tantang Clear dengan bergaya sok penjahat.
Akhirnya mereka bertiga pergi ke Ruang BP.
"Disini akan ada vas pecah dan tetesan darah..." Ucap Ebenzer dengan suara mirip orang berkumur sebelum memasuki ruang BP.
Namun apa yang dia dapati adalah ruang BP yang bersih dan rapi. Sama sekali tidak ada vas pecah apalagi bercak darah. Meski pun memang tidak ada vas disitu.
"...mana?" Tanya Clear.
Alto terdiam, dia sepertinya prihatin pada Ebenzer. Ebenzer sendiri berusaha menolak kenyataan, dia tetap bersi kukuh, "Sumpah! Tadi ada pecahan vas dan dan darah!"
Dia mulai panik, "B-bisa saja kau bereskan sebelum membuat alibi dengan Alto!" Sanggahnya lagi.
Clear membuang nafas, "Untuk membersihkan 'vas' dan 'bercak darah' tentunya membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Dan aku bertemu Alto sepuluh menit sebelum kau menemuinya. Ya kan Alto?"
Alto gelagapan, "Y-ya..." terlihat sekali kalau dia tak mau memojokan sahabatnya lebih jauh, namun logika harus tetap di perhitungkan.
Ebenzer lalu teringat akan kebun belakang sekolah, "Aku melihatmu mengubur Mrs Heyden di kebun belakang sekolah! Bagaimana kalau di cek?"
Clear mengangkat bahu, "Silahkan saja"
Ebenzer, dengan tanpa memakai jas hujan, terus menggali dengan sekop tua. Dia yakin sekali koordinat tempat Clear mengubur Mrs Heyden. Namun sudah sedalam setengah meter Ebenzer tak menemukan apa-apa. Alto terlihat makin prihatin.
Akhirnya sekop Ebenzer menyentuh sesuatu yang keras, hati Ebenzer, anehnya, berbunga-bunga. Bukan karena dia senang menemukan mayat Mrs Heyden yang kepalanya sudah hancur, tapi karena dia berhasil membuktikan kejahatan yang di lakukan anggota kelompoknya.
Dengan penuh semangat, Ebenzer terus menggali. Namun, kenyataan yang dia temui tidak sejalan dengan harapannya. Benda keras yang menyentuh sekopnya ternyata adalah gerabah yang sudah lama pecah. Ebenzer teringat bahwa beberapa minggu yang lalu pengurus sekolah pernah mengubur gerabah yang pecah secara massal di ruang kesenian.
"Tidak mungkin..." Ebenzer mulai mengais gerabah itu dengan tangan kosong, " Pasti ada disini!! Pasti disekitar sini!!" Lalu dia segera berdiri, "Atau mungkin aku salah gali... ya! Aku pasti salah tempat!!" Ucapnya meyakinkan diri sendiri.
"Silahkan gali seluruh sekolah ini jika perlu, namun kau tidak akan menemukan mayat Mrs Heyden atau mayat orang lain. Tapi mungkin kau akan menemukan mayat kucing, anjing, bahkan kecoa. Atau mungkin dari sekian binatang itu ada yang bernama Mrs Heyden. Cari saja" Ucap Clear sarkastik.
Ebenzer yang emosi, langsung menggali situs lain, namun usahanya segera di halangi Alto, "Sudahlah Ebenzer! Sudah!"
Alto segera membuang sekop yang terjatuh dari tangan Ebenzer, "Ada apa denganmu?! Tidak biasanya kau bicara melantur seperti ini!!"
Ebenzer menepis tangan Alto, "Aku berkata yang sebenarnya!! Dia itu pembunuh!!"
"Ebenzer! Kau sudah keterlaluan!!"
Ebenzer emosi nya meledak. Dia boleh saja dianggap pembohong oleh seisi dunia, tapi tidak oleh orang ini, "Tidak!! Aku menyampaikan kebenaran!! Mungkin saja dia lepas emosi dan membunuh Mrs Heyden?! Mungkin saja dia menyuruh orang lain untuk membereskan semuanya sebelum membuat alibi!! Mengapa kau melindunginya?! Kau ini sahabatku atau bukan?! Jawab aku pengkhianat!!"
BUK!!
Alto meninju wajah Ebenzer hingga pemuda itu oleng. Ebenzer menatap Alto perlahan dengan wajah tidak percaya. Sementara Alto sendiri terlihat terkejut dan menyesal telah melakukan hal tadi.
Dengan nada bersalah dia berkata, "... mungkin kau perlu istirahat Ebenzer... pulanglah..."
DUK!
Ebenzer berlari setengah menabrak Alto. Nampaknya dia begitu kecewa karena tidak di percayai orang yang telah menjadi sahabatnya selama bertahun-tahun.
Clear yang tadi terlihat garang, sekarang terlihat bersalah. Dia mungkin tidak menyangka kalau tantangan kecilnya bisa merusak persahabatan dua orang laki-laki itu, "Maaf ya..." Ucapnya.
"Ah tidak... Dia mungkin sedikit kecapekan... Justru aku yang minta maaf padamu..." Jawab Alto, "Tidak bisanya Ebenzer berbohong. Dia memang bodoh, tapi bukan pembohong"
"...ayo kembali ke kelas..."
Alto melempar pandang kelangit mendung, "Kau duluan saja..."
Tak terpelakan, Alto juga sama sedihnya dengan Ebenzer. Maka Clear pun berjalan sendiri menuju kelas. Dia bahkan tidak memakai alas kaki karena tergesa-gesa ke tempat itu.
Alto menghela nafas sambil bersandar. Dia terus-terusan memandang langit dengan mata hampa. Bahkan angin dingin tak mampu membuatnya lebih merana lagi. Setelah lewat beberapa menit, dia memutuskan untuk kembali kekelas dan pulang.
Urusannya di sekolah hari ini sudah selesai, dia akan menyelesaikan sisanya besok, jika keadaan sudah tenang.
Baru ketika dia melangkahkan kaki untuk berbali, dia melihat sebuah kantong plastik yang menarik perhatiannya. Bukan karena kantong itu bergambar wanita bikini, tapi karena itu plastik baru yang di letakan di bawah tangga yang semua komposisinya berdebu.
Sebagai lelaki Alto memang cukup jeli melihat nilai-nilai kebersihan.
Dengan penasaran, Alto meraih kantong plastik itu, dan melongok isinya.
"Ini...?!"
Pintu kelas di buka, dan Alto memasuki ruangan dengan wajah keruh. Di hampirinya tempat Clear duduk, "Ikut aku sebentar" Ucapnya yang diikuti tatapan mata bingung dari Clear.
Diluar kelas, Alto berdiri membelakangi Clear,
"Ada apa Alto? Bukannya aku sudah minta maaf...?" Ucap Clear yang mirip rengekan.
"Kau membenci Mrs Heyden ya?" tanya Alto yang mengejutkan dan mengherankan Clear.
"Sudah jadi rahasia umum kan? Kita memang saling benci"
"...apakah kebencian itu begitu kuat hingga membuatmu ingin menyakitinya?"
"Apa yang kau bicarakan?"
"Jawab saja!"
"...y-yah... aku tidak menyangkal..."
Alto kemudian berbalik menghadap Clealite, "Bisa kau jelaskan tentang ini?" Ucapnya tegas sambil menyodorkan sebuah pecahan.
Clear sedikit terkejut ketika di sodori pecahan vas dengan bercak merah di permukaannya, "Apa maksudmu, Alto?" Clear balik bertanya dengan nada tersinggung.
"Aku menemukan ini di kantong plastik di bawah tangga. Ini adalah benda baru diantara tumpukan debu. Ada yang meletakannya dalam waktu dekat" Jawab Alto tajam.
"Ya mana ku tau! Belum tentu aku yang meletakannya kan?!" Lalu Clear sadar akan maksud Alto, "Kau... kau menuduhku membunuh Mrs Heyden?? Seperti Ebenzer, Alto?!"
"Aku tidak menuduh, aku cuma bertanya"
"Caramu bertanya seperti menyudutkan orang..."
"Aku cuma ingin memastikan. Ebenzer paling anti berbohong. Mungkin saja yang dia lihat orang lain yang mirip denganmu..."
"Huh, jadi kau ingin main detektif-detektif-an??"
Alto memandang Clear dengan tajam. Membuat gadis itu balas menatapnya dengan galak. Nyata sekali kalau Clear tidak suka di pojokan.
"Ada sesuatu yang menggangguku..." Kata Alto dengan suara rendah
"Apa karena Ebenzer tidak mampu menemukan mayat berwajah hancur itu?? Atau dia salah mengekori jejak darah??"
"Clear, kenapa kau begitu emosi? Aku kan tidak mengatakan kau pelakunya"
"Tapi gerak-gerikmu membuatku kesal! Si4lan, aku terlambat berdiskusi drama gara-gara kau!!" Bentak Clear kesal sambil berlalu. Alto yang masih ingin berbincang-bincang terpaksa menahan tangan Clear, "Tunggu sebentar!"
Crep. Alto merasa ada yang basah di genggaman tangannya. Clear pun berhenti. Perlahan Alto membuka pegangan tangannya dan melihat telapaknya sendiri. Ternyata yang terasa kental dan basah tadi adalah darah! "Clear, kau berdarah!"
Clear melihat luka yang katanya berdarah itu, "Ah, pasti gara-gara jatuh ke parit tadi..."
Alto sedikit panik langsung mencermati luka Clear sambil mengeluarkan sapu tangannya, "Sini biar ku bebat!" Namun ketika akan membebat luka Clear, Alto melihat ada serpihan vas tertempel pada bagian sekitar luka. Sedikit mengerikan memang, ada pecahan keramik sepanjang tiga senti meter tertancap di kulit sesorang. Pecahan yang bercorak sama dengan contoh vas yang di bawa Alto.
Dengan perlahan, Alto mencabut serpihan tersebut, "Clear..."
Clear yang tadinya agak tenang menjadi marah lagi, "Apa??"
"Apa benar kau tidak tau apa pun tentang yang di katakan Ebenzer?"
"Bagaimana aku harus tau?! Berurusan dengan Heyden saja sudah membuatku muak!!"
"Kau bicara saja yang sebenarnya terjadi. Aku disini bukan untuk mendesakmu"
"Apa kau belum sadar? Dari tadi kata-katamu itu sudah mendesakku!"
Alto mencoba bersikap sabar, "Dengar! Motif pecahan yang kutemukan sama dengan yang menempel di tubuhmu! Aku hanya bertanya, kenapa kau marah??"
Clear menjawab dengan nada tinggi, menyeimbangi dengan gemuruh hujan petir di luar, "Jadi kenapa kalau aku tertusuk vas yang motifnya hampir sama?? Lagi pula, itu bukan bukti kalau aku yang memukul Heyden dengan vas!!"
"!!" Alto sekarang benar-benar melepaskan Clear, "...jadi itu yang terjadi?? Kau memukul Mrs Heyden dengan vas??"
Clear memandang kesal keluar jendela. Dia juga tak menjawab. Kata-kata yang tak sengaja terucap tadi sudah mengungkapkan semuanya. Gadis itu kemudian berjalan mendekati jendela, "Dari dulu aku memang sudah ingin melakukannya. Dan aku tidak menyesal"
Gadis itu lalu memandang Alto dengan lembut, "Well, Alto, seperti sebagaimana pembunuh pada umumnya kalau kelakuannya tercium, dia pasti akan melenyapkan saksi. Dalam kasusku, saksi-saksi tersebut adalah kau dan Ebenzer"
Alto langsung waspada, Clear wanita, dia mungkin bisa memang fisik! Namun tak dapat di pungkiri bahwa Clear memiliki sejarah kombat yang unik dengan melibatkan 8 pemuda berandal kampung di pasar.
Clear kemudian mengeluarkan sesuatu yang berbentuk kotak hitam, dengan ujung pengapit seperti mulut kepiting. Taser.
"Oh sh*t..." Umpat Alto dalam hati.
Mon May 09, 2011 1:39 am by napoleon
» Buat Para Cora , Absen Disini ...!!
Fri Apr 22, 2011 7:18 am by chelios
» cheater........!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Wed Jun 16, 2010 11:30 pm by Napster_Feyz
» in Game Rules
Tue Jun 01, 2010 9:51 am by nirwansyah
» SERVER SAMPAH
Fri Apr 30, 2010 8:40 pm by lolx4fun
» Perkembangan Server
Wed Apr 28, 2010 5:36 am by Sessh0umaru
» OWNERNYA MANA NIE
Wed Apr 28, 2010 2:08 am by [GM] Dara
» Event Buat Admin
Wed Apr 21, 2010 6:52 am by blacklance13
» SERVER CLOSE !!!
Wed Apr 21, 2010 2:06 am by [GM] KaizerHeroes